Diposkan pada FanFiction, T (Teen), Vignette

[FanFiction|Vignette] Difference

Difference

Difference

A Fanfiction by Milleny

Sesshomaru – Rin – Kohaku

Sad-Romance

Vignette

***

“Kita tidak akan pernah bisa bersama.”

***

“Menikahlah denganku, Rin!”

Jiwaku terhempas begitu jauh. Batinku menjerit nyaring. Jiwa dan raga ini seolah terpisah sedemikian rupa dalam benak pikiranku. Jika tangan kekarnya tak memeluk pinggangku, mungkin pantat mulusku sudah menghantam tanah keras yang persis ada di depan rumah Kaede Oba-chan.

“Kau tidak apa-apa, Rin?”

Kapan itu, aku tak tahu bahwa aku telah menutup kedua kelopak mataku rapat-rapat. Sebetulnya hal tersebut kulakukan untuk persiapan jatuhku sewaktu-waktu. Namun ketika merasa tubuh ini kok tidak jatuh-jatuh, serta suara panik yang berasal dari Kohaku terdengar begitu jelas di telingaku, aku pun membuka kedua kelopak mataku perlahan. Dan begitu terkejut sekali mendapati wajah Kohaku sangat dekat dengan wajahku. Kudorong dadanya kuat-kuat. Bugh! Jadilah, aku kembali seperti takdirku semula. Terjatuh. Sakit!

“Rin!”

Kohaku menarik tanganku sehingga aku kembali berdiri. Aku menepuk-nepuk pantatku yang kotor dan sakit berkali-kali. Sungguh, ini sakit sekali!

“Kau tidak apa-apa, Rin?” tangan besarnya berpindah di bahuku. Kedua matanya menatap mataku dalam. Aku terpaksa membalasnya, dengan canggung. “Kita harus membawamu ke Kaede Oba-chan! Kau harus segera diobati!”

Kohaku adalah seorang anak laki-laki yang baik. Ia selalu menolongku dari bahaya. Dari hal bahaya sesepele apapun. Entah itu tergelincir saat mencari ikan di sungai, maupun sampai hampir ditelan oleh siluman ganas. Ia selalu ada. Ia selalu ada untukku.
Yang kukatakan adalah seorang anak laki-laki kecil berkuncir kuda. Tapi… sekarang ia sudah tumbuh begitu tinggi. Tubuhnya sudah tak kerempeng lagi. Ia sudah banyak berubah. Kekar dan kuat. Otot-otot tangannya begitu terlihat jelas di mataku. Rahang tegasnya semakin terlihat jelas. Bahkan, rambutnya sudah semakin panjang. Kohaku, telah tumbuh menjadi pria dewasa.

Dan aku bahkan hampir lupa kalau ia sedang melamarku saat ini. Oh tidak, aku bingung harus bagaimana!

A-ano…” aku melepas tangannya perlahan. Aku menatap bunga lilly di tangannya. Apa yang harus kulakukan? Alih-alih menanggapi kalimatnya, aku malah melontarkan, “Kohaku… kau melamarku?”

Baiklah, aku terkesan bodoh.

Hening.

Tidak ada yang berbicara. Maupun aku atau Kohaku. Aku menunggu jawabannya, namun ia tak kunjung menjawabku. Di sisi lain, aku masih merutuki kebodohan dan kebingunganku sendiri. Bisakah aku mendiskirpsikannya ke dalam gugup?

“Rin,” bisiknya.

Aku menatap matanya perlahan-lahan.

“Kumohon…” ia berlututs di depanku, menyodorkan bunga lilly yang begitu indah. “menikahlah denganku, Rin!”

“Kohaku… aku…”

Bagaimana ini? Aku terjepit! Tidak mungkin aku berbalik dan berlari sembunyi di rumah Kaede Oba-chan. Kalau hal itu kulakukan, mungkin Kohaku akan mengejarku. Lagipula, aku harus berlari kemana lagi selain ke rumah Kaede Oba-chan? Terlalu nekat kalau aku benar-benar berlari ke hutan. Bisa-bisa nyawaku dihabisi para siluman ganas yang haus akan darah manusia di luar sana.

“…aku…”

Benakku berpikir, kenapa aku seolah tidak ingin menerima lamaan itu? Apa ada alasan, mengapa aku tidak ingin menerimanya? Tapi kalau aku tidak menerimanya, bagaimana harus kukatakan kepada Kohaku? Aku tidak ingin menyakiti perasaannya. Namun aku juga tidak ingin menyakiti perasaanku sendiri.

Souka, kalian berbahagia sekali.”

Aku tersentak. Hah?! Suara itu!

Cepat-cepat aku menoleh ke sumber suara, hingga kepalaku mengeluarkan bunyi gemelutuk. Tubuhku membeku. Kedua mataku melebar. Tatapan tak bersahabat… kimono putih… rambut abu-abu panjang… Sesshomaru-sama…?

“Se-Sesshomaru-sama?”

Ia sedang menatapku. Dalam. Apa arti dari tatapan itu? Kenapa tiba-tiba tubuhku seakan dikunci oleh suatu mantra. Apakah Sesshomaru-sama yang melakukannya?

Sesshomaru-sama

Benar. Bukannya aku tak menyukai Kohaku. Tidak. Aku tidak membenci Kohaku, melainkan juga tidak mencintainya. Kohaku… adalah kakak penolong bagiku. Ia sudah sangat baik sampai-sampai hatiku mengatakan bahwa ia adalah malaikat penolong yang dikirim untukku. Kohaku… tidak akan pernah bisa kucintai sebagai seorang pria.

Tapi…

Sesshomaru-sama adalah alasan utama mengapa aku merasa bingung menjawab lamaran Kohaku. Jika saja… jika saja… jika saja Sesshomaru-sama adalah orang yang berada di posisi Kohaku saat ini, mungkin… tak butuh waktu lama bagiku untuk langsung menerimanya. Lamaran itu.

Aku… mencintai Sesshomaru-sama.

“Rin?” panggilnya. Datar.

H-haik?” kedua kelopakku mengerjap. Sudah berapa lama ia tak memanggilku—maksudku, dengan nada seperti itu? Terkahir kali kudengar ia memanggilku dengan nada seperti itu… entahlah… sepuluh tahun yang lalu? Meski penuh dengan nada datar, panggilan itu bermakna sangat dalam.

Sesshomaru-sama tidak berubah sama sekali. Ia tetaplah seorang yang sangat tampan. Pawakannya begitu indah. Fisiknya… sama sekali tidak mengalami perubahan. Menua? Lupakan saja. Maksudku, lihatlah aku, ataupun Kohaku. Kami manusia. Dulu, pertama kali mengenal Sesshomaru-sama, kami tidaklah lebih hanya seorang anak kecil yang berlarian ke sana ke mari untuk bermain. Tapi… kini segalanya berbeda, untuk kami.

Kaede Oba-chan sudah sangat sangat tua, sebab ia manusia biasa. Miroku-sama dan Sango-sama juga semakin tua, dilihat dari anak-anak mereka yang sudah mulai tumbuh menjadi anak remaja. Fisik mereka akan selalu berbeda seiring waktu berpacu. Begitujuga aku, dan Kohaku. Kami… sudah dewasa.

Tapi Sesshomaru-sama…? Aku tak tahu—dan tak pernah diberi tahu, berapa usia asli Sesshomaru-sama. Tapi, apa yang kusaksikan sungguh nyata, tak kubuat-buat. Sesshomaru-sama sama sekali tidak berubah.

“Terserah kau,” ucapnya dingin. Ia melemparkan tatapan tajam padaku sebelum membalikkan tubuhnya. Pergi. Meninggalkanku.

Tes…

Ini…? Aku menyentuh pipiku. Basah. Mengapa aku menangis?

“Rin!” pundakku terasa berat oleh sebuah tangan. “Daijoubuka?”

Apa yang harus kulakukan…? Ketika Sesshomaru-sama telah pergi…

Dame… Sesshomaru-sama… DAME!

“S-Sesshomaru-sama dame!”

Kusingkirkan tangan di pundakku secara tak sengaja. Pikiranku berkecamuk menjadi satu. Aku bahkan lupa bahwa saat ini Kohaku sedang melamarku. Karena, pikiranku tidak bisa alih dari sosoknya. Bahkan, ketika ia sudah tak terlihat lagi di mataku. Tidak! Jangan pergi Sesshomaru-sama!

Kakiku terus berpacu. Berlari sekuat tenaga, secepat yang kubisa. Menyusuri jalanan yang semakin lama semakin asing. Dari arah belakang, dapat kudengar suara Kohaku berulang kali meneriakku namaku. Maafkan aku Kohaku. Aku… Sesshomaru-sama

Semakin lama, jalan yang kulalui semakin terasa asing. Beberapa kali aku telah keluar-masuk hutan yang juga terasa asing. Pikiranku terus bersuara, meminta maaf kepada Kohaku yang tertinggal jauh di belakangku. Maafkan aku, Kohaku.

“Sesshomaru…sama…”

Lututku terasa lemas. Aku terjatuh di atas semak belukar. Kepalaku tertunduk begitu dalam. Mustahil pabila aku bisa mengejar jejak Sesshomaru-sama. Seberapa jauh lagi aku berlari, seberapa cepat kakiku berlari, mustahil aku bisa mengejarnya. Ia secepat cahaya. Mengapa aku bisa melupakan kebenaran yang satu itu?

Bibirku bergetar. Aku benar-benar bodoh.

Baka.”

Isak sial kemudian menyusul setelah setetes air mata terjatuh di antara semak belukar. Pertahananku mulai runtuh. Isak tangis sudah mendebrak masuk ke dalam jiwaku, sehingga tak bisa untuk kutahan semudah membalik telapak tangan. Sederas-derasnya aku menangis, isakan ini akan tetap menemaninya.

“Baka,” ulangku sekali lagi. “b-baka…”

Telingaku dapat mendengar suara langkah kaki mendekat. Kohaku, pikirku. Aku sama sekali tak berniat untuk berbalik. Aku tidak ingin Kohaku melihatku menangis. Disisi lainnya, aku tidak ingin Kohaku memeluk menenangkanku kali ini, seperti yang dilakukannya acap kali aku menangis. Jangan. Kali ini tidak usah.

Gomen, Kohaku, tinggalkan aku sendiri,” lirihku, terus terisak dan terisak.

Kohaku diam. Yang dapat kudengar hanya suara napasnya.

Selama aku terisak dan menangis, Kohaku tidak pergi meninggalkanku, seperti permintaanku. Ia tetap diam tanpa melakukan sesuatu. Bahkan mengelus punggungku saja tidak. Ia terus terdiam sambil memandang punggungku.

“Kohaku?” panggilku.

Ia tak menjawab.

“Maafkan aku, Kohaku, aku… aku tidak bisa menikah denganmu,” lanjutku, menghapus butiran air mata terakhir. Aku berjanji ini adalah air mata terakhirku. Isakan tangisku mulai surut. “aku… mencintai Sesshomaru-sama, bukan Kohaku. Gomenasai!”
Aku bangkit berdiri perlahan. Kupejamkan mataku. Sekali lagi, maafkan aku Kohaku. Aku berbalik, masih memejamkan mata. “Sekarang, kau boleh meninggalkanku sendirian.”

Lalu, aku pun membuka kelopak mataku. Perlahan.

Tapi…

Ternyata yang berdiri di depanku bukanlah Kohaku. Melainkan…

“Sesshomaru-sama…”

Aku tidak percaya! Jadi, yang sedari tadi berdiri di belakangku… adalah Sesshomaru-sama?

Maaf, janjiku kuingkari. Ternyata yang tadi bukanlah air mata terakhirku. Karena tanpa sepengetahuanku, air mataku kembali lolos. Beberapa detik aku berdiam diri di tempat, memandangi sosok Sesshomaru-sama, memastikan bahwa ia benar-benar Sesshomaru-sama, bukan hanya sekedar ilusiku.

Ia nyata…

Kontrol tubuhku telah hilang tatkala aku berlari menuju kepadanya, merentangkan tanganku lebar-lebar. Memeluknya.

“Sesshomaru-sama!” jeritku nyaring. Kupeluk erat tubuhnya. Sama sekali tak kurasakan tangan Sesshomaru-sama membalas pelukanku. “Sesshomaru-sama!”

Kedua tanganku meremas kuat-kuat kimono putihnya. Tidak akan pernah kubiarkan momen ini berlalu, Sesshomaru-sama. Pertama kalinya, aku memelukmu dengan erat, setelah sebelumnya kau selalu mendekapku erat dengan tanganmu. Aku ingin, kita bisa selamanya seperti ini.

“Rin.”

Ia memanggilku, namun aku sama sekali tak merasakan ia membalas pelukanku, hingga kini.

Aku memejamkan mataku kuat-kuat.

“Menikahlah dengan Kohaku.”

Nani? Sesshomaru-sama baru saja menyuruhku untuk menikah dengan Kohaku? Tapi kenapa? Apakah ini artinya… ia tidak mencintaiku.

“Kenapa…?” air mataku membasahi kimononya. “aku…”

“Kita berbeda, Rin.”

“Tapi—“

“Dunia kita berbeda, Rin!”

Ia mendorong pundakku menjauh. Terpaksa pelukan kami terlepas. Aku menatap nanar ke dalam bola mata emasnya. Sesshomaru-sama. Kedua tangannya mencengkeram erat kedua pundakku. Aku sama sekali tak merasakan sakit, karena hatiku telah terluka terlebih dahulu.

“Seratus tahun yang akan datang… aku mungkin masih hidup,” ucapnya lirih. Betapa terkejutnya aku mendapati cairan bening di pelupuk matanya. “Seribu tahun lagi… mungkin aku masih hidup. Tapi kau manusia! Tidakkah kau mengerti itu?” lanjutnya.

“Tidak! Aku ingin selalu bersamamu, Sesshomaru-sama!”

Aku hendak memeluknya, namun ia mencegahku dengan keras.

“Mengertilah Rin!” suaranya bergetar dan nyaring. “Mengertilah!”

Air matanya menetes, bersamaan dengan air mataku. Kami menangis bersama, untuk yang pertama kalinya. Kedua tangannya masih mencengkeram bahuku erat. Sementara itu, kedua tanganku mengepal hebat, seolah menahan getaran pada tubuhku.

Pada waktu ini, tiba-tiba saja bayangan ketika kami selalu bersama melintas di benakku. Padahal aku tidak dengan sengaja melakukannya. Aku memejamkan mata untuk mengingatnya. Kenangan kami bersama. Antara aku dan Sesshomaru-sama.

Ketika pertama kalinya aku menemukan sosoknya di hutan. Ia… terlihat begitu cantik. Aku terpana pada pandangan pertama. Walau ketika itu ia ada dalam sosok silumannya, aku tak takut sama sekali. Tidak tahu kenapa, tapi hatiku berkata bahwa ada suatu koneksi di antara kami.

Dengan dinginnya ia selalu menolak segala macam makanan yang kuberikan kepadanya. Namun hal itu sama sekali tak menghilangkan betapa indah sosoknya di mataku. Tak bisa kusembunyikan perasaan bahagiaku ketika pada akhirnya kami melewati hari-hari kami bersama. Sampai aku menyadari bahwa ia benar-benar sosok yang sempurna. Tampan dan baik hati, walau ia tak pernah menunjukkannya dengan ekstrim.

Ia selalu membiarkanku mengikutinya, kemanapun ia hendak pergi. Ketika aku berteriak nyaring di mulut tebing, ia dengan kecepatan cahaya memelukku erat, membawaku turun ke dataran rendah. Kenangan kami, sungguh banyak dan berarti.

Saat tangan hangatnya membelaiku.

Saat tangan hangatnya menggendongku.

Saat tangan hangatnya mencengkeramku, saat ini.

Sampai… aku baru menyadari, bahwa ini adalah kali pertamanya aku melihat Sesshomaru-sama menangis.

Cengkraman tangannya mulai kendor. Air matanya berhenti mengalir. Ia menatapku, dengan tatapan datarnya seperti biasa, sebelum akhirnya memunggungiku. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia berlalu dari hadapanku.

Aku ingin mencegahnya! Aku berlari mengejarnya. Ketika tanganku hendak meraih kimononya, sosoknya langsung menghilang lenyap, bagai ditelan angin.

Air mataku kembali meluncur.

“Seratus tahun yang akan datang… aku mungkin masih hidup. Seribu tahun lagi… mungkin aku masih hidup. Tapi kau manusia!”

Sesshomaru-sama.

“Rin!”

Kohaku datang dari arah belakang, dan langsung memelukku. Erat. Dapat kurasakan aura kecemasannya berkoar-koar. “Kau tidak apa-apa, Rin?”

Aku terdiam.

“Rin?” ia melepaskan pelukannya, lalu menatap mataku dalam, mencoba membaca sesuatu ke dalam mataku yang sembab. “Rin apakah kau terluka? Apa yang terjadi denganmu dan Sesshomaru-sama?”

Greb!

“Kohaku!” aku memeluknya erat. Tanpa bisa kubendung lagi air mataku. Kuremas kimono birunya. “Kohaku!”

Tangannya beranjak membelai lembut punggungku. Naik turun dengan tempo yang teratur. Berniat menenangkanku, mungkin, tapi hal itu justru membuat isakanku tambah nyaring keluar. Semakin kupererat pelukan ini.

“Menikahlah dengan Kohaku.”

“Kohaku?” panggilku.

Haik?”

“Aku…” aku memejamkan mataku. “aku…”

“Rin?”

“Aku mau menikah denganmu.”

END

EFEF ANIME PERTAMA!!!

Kyaaaaaaaa~ aku sebenernya udah bener-bener nggak nggak nggak nggak nggak nggak nggak nggak nggak nggak nggak sabar pengin pairingin Rin dan my switi hani bani gantengku Sesshomaru :* tapi salalu berhenti di tengah-tengah, abis itu ditinggal dan lupa lanjutannya. Memang kutu kupret sekaleh :v

Memang ada beberapa pairing yang cocok sih di anime kesayanganku ini. Cuman nggak tahu kenapa aku lebih tertarik dengan Sesshomaru-Rin, daripada Inuyasha-Kagome, walau Kikyo juga tak kalah cantik #cantikangwkeles #muntaharummanis. Pairing yang cocok sih, mungkin Rin-Sesshomaru ya #eeeaakkk, tapi kebanyakan lebih suka Sesshomaru-Kagura :v dan sebetulnya aku bingung sekaleh dengan sifatnya mbak Kagura ini. Oke bagi yang tidak paham, saya tidak menyarankan nonton animenya. Kenapa? Karena 167 episode :”v palingan juga lu lu pernah nonton di Global. Anime lawas yang saya tonton di Indosier bersama dengan Drgaonball T_T #edisibaver.

Ettdaaah ngomongin anime kek fangirlan kalau sama aku mah T_T

Oke kembali ke FF. Sumpah ancur lebur kayak debu yang mengandung virus sehingga menyebabkan bersin-bersin mimsan ijo ijo (huek!). Udah lama nggak pegang (?) mesin ketik. Udah lama nggak mencuci otak dengan mengisi FF (?). Jujur saja, Fisika dan Matematika terasa memenuhi isi kepala saja :”v

So, bagaimana dengan FF ini kawan? Kutunggu komentarmu 😉

Merry Christmas!

-Milleny-

Penulis:

Bukan penulis. Hanya orang yang gemar berbagi suka duka lewat coretan kisah cerita.

7 tanggapan untuk “[FanFiction|Vignette] Difference

  1. Aaaaaahhh, kenapa sm Kohaku.
    Sesso, Inuyasha yang punya masa lalu dengan Kikyo saja pada akhirnya bisa bersama Kagome, knp lu malah minta Rin sama Kohaku. aiiihh, jangan bilang lu masih terjebak hati Kagura.

      1. Hahaaa, Ya… meski Kagura tidak secantik Inukimi atau Rin tapi pesona Kagura emang nyata. Btw, buat lagi dong, ff Sesshomaru. Mau sm Rin atau Kagura terserah deh…

      2. Kagura disampul horor tapi baik xD

        Diusahakan ya^^
        Oh iya kalau mau baca FF yang lain, saya lebih aktif di wattpad (uname: milleny165). Terima kasih sebelumnya sudah baca^^

Tinggalkan komentar